Rabu, 02 April 2014

Sejarah Hari Ini (2 April): Skandal Judi Manchester United – Liverpool

Siapa sangka rivalitas panas dua klub ini pernah terganjal skandal judi
Bicara soal Manchester United dan Liverpool, tentu tidak jauh-jauh dari rivalitas panas di antara keduanya. Beberapa orang pun kerap saling membanggakan salah satu tim itu dengan membandingkan jumlah gelar Liga Primer Inggris-nya, sementara yang lain membanggakan gelar Liga Champions yang dimiliki. Yang jelas, pertemuan kedua klub tersebut selalu sarat akan emosi, baik dari pihak klub maupun para fansnya.
Namun, kalau melihat jauh ke belakang sekitar 99 tahun yang lalu, tentu tak akan terbayang rivalitas panas dua klub Inggris ini. Jangankan rivalitas abadi, keduanya bahkan menjadi dua klub yang bahu membahu dalam suatu kegiatan. Sayang, kegiatan tersebut bukanlah kegiatan yang terpuji, sebab Red Devils dan Reds bekerjasama dalam skandal pengaturan skor yang mengarah pada kegiatan judi.
2 April 1915
Skandal judi di Inggris ini terjadi saat laga Liga Sepakbola Divisi Satu antara Manchester United dan Liverpool di Old Trafford, tepat pada tanggal 2 April 1915. Terjadi rekayasa skor dalam laga ini dan United adalah pihak yang dimenangkan, walau kedua tim sama-sama mendapat keuntungan finansial dari hasil akhir pertandingan.
Kala itu, Manchester United sedang berusaha untuk menghindari degradasi, sementara Liverpool aman di papan tengah, tak ada ancaman degradasi maupun perebutan gelar. Suasana Perang Dunia I pun mendorong kedua klub ini untuk melakukan kerjasama haram – di akhir Maret saat itu, hampir diastikan liga akan diistirahatkan setelah musim 1914/15 berakhir, dihentikan dan mungkin malah mengakhiri karir sepakbola para pemain yang ada di liga itu. Melihat fakta ini, para pemain pun berpikir konflik berskala global itu akan mengalihkan perhatian yang biasanya terarah ke sepakbola, terkhusus pada rekayasa hasil akhir.
Laga itu berakhir dengan skor 2-0 untuk kemenangan United dengan George Anderson mencetak kedua golnya. Kendati begitu, wasit dan beberapa pengamat merasa ada yang aneh dengan Liverpool. Mereka menilai Liverpool bermain tanpa motivasi – bahkan mereka gagal mengeksekusi penalti yang diberikan pada mereka. Publik sepakbola yang jeli mulai mencium adanya kesengajaan dari pihak Liverpool.
Rekayasa yang ketahuan
Setelah laga, mulai beredar surat-surat, yang menuduh adanya uang dalam jumlah besar yang dipasang dalam bursa taruhan dengan keuntungan 7/1 pada skor 2-0 untuk kemenangan United. Asosiasi Sepakbola pun melakukan investigasi dan mereka mendapati pemain dari kedua klub terlibat dalam rekayasa pertandingan tersebut: Sandy Turnbull, Arthur Whalley, dan Enoch West dari United; Jackie Sheldon, Tom Miller, Bob Pursell, dan Thomas Fairfoul dari Liverpool. Sheldon adalah eks pemain United dan ia ditengarai sebagai otak utama dari “drama” sepakbola ini.
Beberapa pemain seperti Fred Pagnam dari Liverpool dan George Anderson dari United menolak untuk ambil bagian. Pagnam bahkan sempat mengancam untuk mencetak gol dan merusak rekayasa, namun usahanya malah membentur mistar, membuat rekan setimnya secara terbuka memprotes kelakuannya tersebut. Ia pun bersaksi untuk rekan setimnya dalam sidang FA. Di waktu yang sama, pemain United, Billy Meredith, mengaku tak tahu menahu soal pengaturan  skor ini, tapi ia merasa curiga saat tak ada rekan yang memberikan bola padanya. Tujuh pemain dilarang bermain seumur hidup lewat keputusan yang diluncurkan pada 27 Desember 1915.
FA akhirnya menegaskan, konspirasi hanya terjadi di kalangan pemain – tak ada ofisial dari kedua klub yang terlibat dalam skandal ini, dan tak ada klub yang didenda maupun poinnya dikurangi. West memprotes keputusan ini dengan keras, bahkan berani menuntut FA dengan tuduhan pencemaran nama baik. Namun, ia kalah banding dan larangan bermain tetap diberlakukan. Larangan bermain memang tidak langsung berdampak pada karir sepakbola pemain, karena Liga sudah resmi diistirahatkan untuk beberapa waktu sebagai dampak dari Perang Dunia I. Larangan juga tidak berlaku di Skotlandia (empat yang dihukum adalah orang Skotlandia), namun sejak Liga Sepakbola Skotlandia juga mengistirahatkan jalannya liga, Asosiasi Sepakbola Skotlandia tak perlu mempermasalahkan kelayakan pemainnya.
Happy ending (?)
Sandy Turnbull terbunuh saat berperang, tapi pemain lainnya, kecuali West, dibatalkan larangannya oleh FA pada 1919 sebagai penghargaan atas pengabdian mereka pada negara; Turnbull bahkan menerima pemulihan anumerta. Intervensi Perang Dunia I membuat Liga Sepakbola ikut berhenti sampai musim 1919/20. West pun jadi satu-satunya pemain terlibat yang benar-benar tak bisa bermain di Liga karena larangan. Sementara itu, Fairfoul tidak kembali ke dunia sepakbola walau ia sudah dipulihkan nama baiknya sembari empat rekannya kembali bermain sepakbola usai perang. West harus menunggu hingga 1945 untuk pencabutan larangannya dan saat itu tentu sudah terlambat karena ia sudah berusia 59 tahun.
Walau alasan para pemain melakukan pengaturan skor adalah alasan finansial, dan bukan untuk menyelamatkan United dari degradasi, dua poin yang dimenangkan United dalam laga itu cukup untuk membuat mereka finis di peringkat 181 dan aman, satu poin dari Chelsea di peringkat 19 yang resmi terdegradasi. Sebelum musim 1919/20 dimulai, FA menambahkan dua tim di Divisi Utama ; Chelsea (bersama Arsenal) terpilih dan kembali ke Divisi Utama walau seharusnya mereka terdegradasi. (Goal)

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar